Gigi Pemimpin Dari Surga
Masa Kecil Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 12 Januari 1631 dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Walaupun terlahir dari keluarga bangsawan, Sultan Hasanuddin senang bergaul dengan teman-temannya yang berasal dari rakyat biasa.
Ketika Hasanuddin berusia 8 tahun, ayahnya, Sultan Muhammad Said naik tahta sebagai Raja Gowa yang ke-15. Jiwa kepemimpinannya sudah menonjol saat ia masih kecil. Selain itu, Hasanuddin juga dikenal sebagai anak yang cerdas dan pandai berdagang. Di usia muda, Hasanuddin sudah memiliki jaringan dagang hingga di Makassar dan bahkan asing.
Sultan Hasanuddin kecil mengenyam pendidikan di Masjid Botoala. Ia juga kerap diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting kerajaan.
Ayahnya ingin Hasanuddin bisa belajar ilmu diplomasi dan strategi perang. Di masa mudanya juga, Hasanuddin sudah beberapa kali dipercaya untuk menjadi delegasi Kerajaan Gowa dalam mengirimkan pesan ke berbagai kerajaan.
Baca Juga: Mengenal Ismail Marzuki, Sang Maestro Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Asiyah binti Mazahim
Aisyah binti Mazahin adalah istri Fir’aun. Kepribadian dan keteguhan hatinya pada iman sangat kuat. Karakteristiknya sebagai berikut:
- Memiliki keyakinan yang kuat, ia mampu mempertahankan akidah yang dibawa oleh Nabi Musa AS, meski fir’aun tidak henti menyiksanya.
- Wanita yang tidak tergiur dengan harta, kemewahan, tahta dan kekuasaan. Padahal suaminya seorang raja yang sangat kaya, sangat besar kekuasaannya.
- Wanita yang lemah lembut
- Wanita yang sabar, cerdas dalam mengendalikan keadaan.
Dapat kita lihat ketika ia merayu Fir’aun untuk tidak membunuh Nabi Musa. Dalam surat al-Qashash ayat 9 yang artinya : “(Dia) penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahhan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak, sedang mereka tidak menyadari”.
- Karena keyakinan tersebut Allah memberikan syurga dan menjadikannya sebagai salah satu pemimpinnya.
Do’a Asiyah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, yang diabadikan dalam QS. At-Tahrim; 11 yang artinya; “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di syurga dan selamatkan aku raja kaum yang zhalim”.
Khadijah merupakan seorang saudagar yang kaya raya serta memiliki sifat mulia. Khadijah dijuluki ‘Afifah Thahirah atau wanita suci. Suatu ketika, ia mendengar dari orang kepercayaannya mengenai kejujuran Nabi Muhammad SAW. Kemudian ia mencoba mengamatinya dengan mengirim dagangannya ke Syam.
Khadijah terkesan dengan kepribadian Rasulullah SAW, dan ia menyatakan keinginannya untuk menikah dengan Nabi SAW. Keinginan itu ia sampaikan melalui Nafisah binti Muniyah. Sang Nabi pun menyetujuinya.
Rasulullah SAW bersabda:“Ia beriman kepadaku ketika semua manusia ingkar. Ia membenarkanku ketika seluruh manusia mendustakan. Ia membantuku dengan hartanya ketika semua manusia menahan hartanya.” (HR. Ahmad)
Karakter Khadijah binti Khuwailid
Disebut-sebut sebagai wanita mulia dan calon pemimpin para bidadari surga, Khadijah tentu memiliki karakter yang mulia. Ia merupakan wanita pertama yang masuk Islam dan beriman kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, Khadijah dengan keikhlasannya menemani dakwah Nabi dan senantiasa berada di sisi Rasulullah dalam suka dan duka. Saat semua orang meninggalkannya, Khadijah tetap menemaninya dengan setia.
Ibunda Khadijah juga mengeluarkan semua hartanya untuk dakwah Sang Nabi menjalankan misi kerasulan. Inilah mengapa Allah menyediakan posisi khusus untuknya di surga.
“Kepadanya disiapkan Allah berupa istana dari qashab yaitu istana dari mutiara yang kering yang terletak di antara rumah Maryam binti Imran, dan rumah Asiyah binti Muzahim.”
Sri Sultan Hamengkubuwono X. (Foto: Okezone)
JAKARTA - Dahulu kala, Indonesia terdiri atas banyak kerajaan. Mulai dari Kerajaan Kutai, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Demak, hingga Kerajaan Majapahit. Kerajaan-kerajaan tersebut memang sudah tidak lagi eksis, namun keturunannya masih dapat ditemukan.
BACA JUGA: 4 Kerajaan di Indonesia yang Paling Lama Berkuasa, Ini Daftarnya
Di antara keturunan kerajaan tersebut, ada yang menjadi pemimpin daerah. Berikut daftarnya.
1. Dyah Hayuning Pratiwi
Dyah Hayuning Pratiwi merupakan Bupati Purbalingga periode 2021-2006. Diketahui, perempuan kelahiran 11 April 1987 ini mempunyai garis keturunan Kerajaan Mataram Islam. Perempuan yang akrab disapa Tiwi ini mempunyai keturunan dari Kyai Arsantaka, pendiri Kabupaten Pubalingga. Diketahui, Kyai Arsantaka adalah anak dari Kyai Wanakusuma II dan cucu dari Kyai Ageng Giring IV yang merupakan leluhur raja-raja Mataram Islam. Garis keturunan Kyai Arsantaka yang dimiliki oleh Tiwi ini berasal dari garis ibunya yang bernama RR Ina Ratnawati.
BACA JUGA: Majapahit hingga Sriwijaya, Ini Daftar Kerajaan Nusantara dengan Wilayah Paling Luas
Arif Sugiyanto merupakan Bupati Kebumen periode 2021-2026. Pada 21 Oktober 2021, pihak Keraton Surakarta Hadiningrat memberi gelar kehormatan kepada Bupati Kebumen ini sebagai Santana Riya Nginggil dengan gelar Kanjeng Raden Arya H. Arif Sugiyanto Wreksonagoro, SH. Arif diangkat menjadi Sentono Dalam (keluarga raja) karena dirinya secara silsilah mempunyai garis keturunan dengan Adipati Kebumen yaitu Aroengbinang V. Aroengbinang V merupakan keturunan bangsawan Keraton Surakarta.
3. Sutan Riska Tuanku Kerajaan
Kabupaten Dharmasraya di Sumatera Barat dipimpin oleh seorang yang masih mempunyai keturunan Kerajaan Melayu Dharmasraya. Saat ini, Kabupaten Dharmasraya dipimpin oleh Sutan Riska Tuanku Kerajaan. Ketika dilantik sebagai bupati pada 2016, ia masih berusia 26 tahun dan dinobatkan menjadi bupati termuda di Indonesia. Pada 2012, ketika masih di bangku kuliah, Sutan Riska Tuanku Kerajaan diangkat menjadi raja Kerajaan Koto Besar, menggantikan raja sebelumnya yang meninggal dunia.
4. Sri Sultan Hamengkubuwono X
Sri Sultan Hamengkubuwono X adalah Raja Kesultanan Yogyakarta sejak 1989. Selain itu, Hamengkubuwono X ini juga menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarya sejak 1998. Hamengkubuwono lahir dengan nama BRM Herjuno Darpito. Ketika dewasa, ia bergelar KGPH Mangkubumi. Usai diangkat sebagai putra mahkota, ia diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram. Pada 2015, Sri Sultan Hamengkubuwono X mengeluarkan titah utama raja. Dalam titah utama raja tersebut mempunyai konsep kekuasaan raja yang mempunyai kekuatan besar dan harus dipatuhi oleh rakyat.
Sultan Hasanuddin adalah seorang pahlawan nasional yang dikenal dengan julukan Ayam Jantan dari Timur. Kok bisa? Yuk simak kisah perjuangannya sebagai Pemimpin Kerajaan Gowa melawan Belanda!
Siapakah pahlawan dari Makassar yang mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur? Yap! Jawabannya adalah Sultan Hasanuddin. Dalam pelajaran Sejarah di sekolah pasti kita sudah tidak asing dengan julukan tersebut yah! Tapi, kamu tau nggak sih, kenapa Sultan Hasanuddin mendapatkan julukan Ayam Jantan dari Timur?
Jadi, Sultan Hasanuddin berasal dari Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan dan dikenal sangat gigih dalam mengusir penjajah. Atas kegigihannya ini, Belanda memberikan julukan kepadanya Haantjes van Het Oosten atau Ayam Jantan dari Timur.
Nah, dalam artikel ini, kita akan menyimak kisah hidup Sultan Hasanuddin dan masa perjuangannya melawan penjajah. Yuk simak!
Berakhirnya Masa Kejayaan Ayam Jantan dari Timur
Setelah Belanda berhasil mengalahkan Gowa, Sultan Hasanuddin mundur dari Benteng Somba Opu ke Benteng Kale Gowa. Walaupun mundur, Sultan Hasanuddin tidak mau tunduk dengan Belanda yang sudah membuat rakyatnya sengsara.
Sultan Hasanuddin kemudian memutuskan mengundurkan diri dari tahtanya pada 29 Juni 1669. Kepemimpinan Kerajaan Gowa kemudian diberikan pada putranya, I Mappasomba Daeng Nguraga dengan gelar Sultan Amir Hamzah.
Setelah tidak menjabat sebagai raja, Sultan Hasanuddin lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengajar agama Islam pada masyarakat sekitar.
Sultan Hasanuddin menghembuskan nafas terakhirnya pada 12 Juni 1670 di usia 39 tahun. Jasadnya disemayamkan di pemakaman dalam benteng Kale Gowa, Kampung Tamalate, yang diperuntukkan khusus bagi raja-raja Gowa.
Atas seluruh jasanya dalam perjuangannya melawan penjajah, Sultan Hasanuddin diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 1973 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 087/TK/tahun 1973.
Jadi, apa yang bisa kamu ambil dari kisah perjuangan Sultan Hasanuddin tadi? Selain kisah Sultan Hasanuddin, masih banyak kisah pahlawan-pahlawan perjuangan yang menarik untuk dipelajari, lho! Yuk temukan kisahnya di ruangbelajar sekarang!
Oleh: Tian RahmatAlumnus Filsafat IFTK Ledalero, Maumere,Pemerhati Isu-isu strategis
POS-KUPANG.COM - Nusa Tenggara Timur (NTT), laksana permata di peraduan Nusantara, kaya akan keelokan alam dan ragam budaya, dari puncak bukit yang memeluk awan hingga lautan biru yang membisikkan kisah leluhur.
Namun, di balik keindahan ini, tersimpan ironi yang menusuk hati: ketimpangan sosial dan jerat kemiskinan yang seakan tak kunjung pergi.
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 ibarat sebuah layar baru yang dikembangkan di tengah badai, membawa asa akan perubahan.
Pemimpin baru yang terpilih bukan hanya membawa janji, melainkan juga mimpi mimpi rakyat NTT untuk merdeka dari derita, dari ketidakadilan yang menahun, dan dari ketimpangan yang merampas hak dasar mereka.
Namun, seperti pepatah bijak, “Alur nasib tidak pernah lurus, keberhasilan tak pernah instan.”
Maka, hemat saya wajar bila muncul pertanyaan: akankah pemimpin baru ini menjadi nahkoda yang bijak, membawa kapal NTT ke dermaga kesejahteraan?
Ketimpangan Sosial-Ekonomi yang Mendasar
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi NTT adalah ketimpangan sosial-ekonomi yang sangat mencolok.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTT 2023, provinsi ini memiliki angka kemiskinan tertinggi di Indonesia, mencapai 20,34 persen dari total penduduk.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional yang hanya 9,4 persen.
Fenomena ini mencerminkan ketidakmerataan pembangunan yang masih terjadi, meskipun NTT memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti hasil pertanian, perikanan, dan pariwisata.
Menurut Dr. Adrianus Meliala, seorang ahli sosiologi dari Universitas Indonesia, ketimpangan ini muncul akibat dari kebijakan pembangunan yang lebih mengutamakan sektor-sektor tertentu tanpa memperhatikan keberlanjutan dan pemerataan hasil.
“Pembangunan yang tidak memperhatikan distribusi sosial akan menciptakan kesenjangan yang semakin besar, yang akhirnya menjerat sebagian besar masyarakat di daerah terpencil dalam lingkaran kemiskinan yang sulit diputus,” ujarnya dalam buku Sosiologi Pembangunan: Antara Teori dan Realitas (Meliala, 2019).
Khadijah merupakan seorang saudagar yang kaya raya serta memiliki sifat mulia. Khadijah dijuluki ‘Afifah Thahirah atau wanita suci. Suatu ketika, ia mendengar dari orang kepercayaannya mengenai kejujuran Nabi Muhammad SAW. Kemudian ia mencoba mengamatinya dengan mengirim dagangannya ke Syam.
Khadijah terkesan dengan kepribadian Rasulullah SAW, dan ia menyatakan keinginannya untuk menikah dengan Nabi SAW. Keinginan itu ia sampaikan melalui Nafisah binti Muniyah. Sang Nabi pun menyetujuinya.
Rasulullah SAW bersabda: “Ia beriman kepadaku ketika semua manusia ingkar. Ia membenarkanku ketika seluruh manusia mendustakan. Ia membantuku dengan hartanya ketika semua manusia menahan hartanya.” (HR. Ahmad)
Karakter Khadijah binti Khuwailid
Disebut-sebut sebagai wanita mulia dan calon pemimpin para bidadari surga, Khadijah tentu memiliki karakter yang mulia. Ia merupakan wanita pertama yang masuk Islam dan beriman kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, Khadijah dengan keikhlasannya menemani dakwah Nabi dan senantiasa berada di sisi Rasulullah dalam suka dan duka. Saat semua orang meninggalkannya, Khadijah tetap menemaninya dengan setia.
Ibunda Khadijah juga mengeluarkan semua hartanya untuk dakwah Sang Nabi menjalankan misi kerasulan. Inilah mengapa Allah menyediakan posisi khusus untuknya di surga.
“Kepadanya disiapkan Allah berupa istana dari qashab yaitu istana dari mutiara yang kering yang terletak di antara rumah Maryam binti Imran, dan rumah Asiyah binti Muzahim.”
Ada 4 wanita mulia dari bumi yang menghuni surga bahkan akan menjadi pemimpin bidadari surga yang sangat cantik jelita. Foto ilustrasi/ist
yang berasal dari bumi yang akan menjadi pemimpin para bidadari surga kelak. Siapa saja wanita tersebut, dan apa saja kemuliaannya? Tentang wanita-wanita mulia ini, terdapat dan dijelaskan Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam dalam hadis-hadisnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutnya, ada wanita penghuni surga yang paling utama. Wanita ini adalah
. Saking pentingnya wanita mulia tersebut, Allah Subhanahu wa ta'ala mengabadikannya dalam Al-Qur'an.
Siapa saja wanita mulia tersebut yang akan memimpin bidadari surga itu? Bagaimana karakter dan sifat-sifat para wanita mulia ini? Nabi Shallalahu alaihi wa sallam bersabda:
“Wanita penghuni syurga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti imran dan Asiyah binti Mazahim istri firaun. (HR. Ahmad, thabrani, hakim, thahawi dalam shahih Al jami’ As Saghir no. 1135 dan silsilah hadits al-shahih no. 1508)
Karena sifat dan karakternya yang khusus, para
yang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebutkan tersebut akan menjadi penghulu atau pemimpin bidadari surga. Pengertian bidadari sendiri menurut istilah adalah wanita suci yang menyenangkan dipandang mata, menyejukkan dilihat dan menentramkan hati setiap pemiliknya. Rupanya cantik jelita, kulit mulus. Ia memiliki akhlak yang baik, perawan, kaya akan cinta dan umurnya sebaya.
1. Bidadari yang sengaja Allah ciptakan, yang sudah ada di surga.
2. Wanita-wanita mukmin yang nantinya menjadi bidadari di syurga.
Dengan demikian karakteristik 4 wanita penghulu syurga adalah ciri-ciri khusus dalam bentuk akhlak atau budi pekerti yang dimiliki ke 4 wanita pemimpin bidadari surga, dan karakter ini yang membedakan mereka dengan wanita muslimah lainnya.
Khadijah Binti Khuwailid.
Menurut riwayat ibnu ‘l-atsir dan Ibnu hisyam, dijelaskan bahwa Khadijah adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau digelar dengan nama ‘Afifah Thahirah (wanita suci). Beliau sering mengirim orang kepercayaannya untuk berdagang. Ketika beliau mendengar kejujuran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dan kemuliaan akhlaknya, Kahdijah mencoba mengamatinya dengan membawa dagangannya ke Syam.
Terkesan dengan kepribadian Rasulullah, Khadidah menyatakan hasrat menikah dengan Nabi Muhammad saw, dengan perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi muhammad Saw menyetujuinya. Sebelum menikah dengan Nabi, Khadijah pernah menikah 2 kali yaitu dengan Atiq bin A’idz at tamimi, Abu Halah at- Tamimi namanya Hindu bin Zarurah.
Tentang Khadijah Rasulullah bersabda yang artinya:”….Ia beriman padaku ketika semua manusia ingkar. Ia membenarkanku ketika seluruh manusia mendustakan. Ia membantuku dengan hartanya ketika semua manusia menahan hartanya….” (HR. Ahmad)
Karakter Khadijah sebagai berikut:
- Menjadi wanita pertama yang masuk Islam
- Wanita mulia yang sangat tinggi keikhlasannya menemani Rasulullah menjalankan misi kerasulannya, senantiasa menemani Rasulullah dalam suka dan duka, dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun. Ketika semua orang meninggalkan Rasul dan mengingkarinya, ibunda Khadijah tetap menemaninya dengan setia.
- Mendermakan seluruh kekayaannya untuk dakwah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
- Tetap beriman ketika orang lain ingkar, hingga Allah menyediakan syurga khusus untuknya.
“Kepadanya disiapkan oleh Allah istana dari ‘qashab yaitu istana dari mutiara yang kering yang terletak di antara rumah Maryam binti imran, dan rumah Asiyah binti Muzahim”
Pecahnya Perang Makassar
Dalam upayanya melawan Belanda, Sultan Hasanuddin harus memperluas wilayah kekuasaannya. Pada Februari 1660, Sultan Hasanuddin memanggil Tobala Arung Tanette. Ia meminta Arung Tanette untuk memimpin orang Bone untuk memperkuat pertahanan Makassar dalam melawan Belanda.
Tobala Arung Tanette menyatakan bahwa dirinya selaku pemimpin orang Bugis Bone siap berperang bersama Sultan Hasanuddin melawan Belanda. Hal ini demi menjaga harga diri dan martabat orang Bugis Bone.
Selanjutnya, Tobala memimpin orang Bugis Bone untuk pergi menjaga wilayah yang terletak di bagian belakang Makassar. Tobala juga melaporkan setiap usaha Belanda yang ingin membujuk orang Bugis untuk melawan Makassar.
Singkat cerita, Tobala Arung Tanette membawa orang Bone yang berjumlah sekitar 10.000 berjalan melintasi gunung-gunung tinggi menuju Makassar. Sampai di Makassar, mereka dibagi kelompok dan ditugaskan untuk menggali parti di sepanjang garis pertahanan di pantai pelabuhan Makassar. Mulai dari benteng paling selatan Barombong sampai benteng paling utara Ujung Tana.
Proses penggalian parit ini dilakukan secara paksa. Orang Bone dipaksa bekerja siang malam untuk menggali parit. Perlakuan ini membuat Arung Palakka, pimpinan Kerajaan Bone marah dan tergerak untuk memberontak.
Dari sini, Belanda mulai merasa ada percikan konflik internal terjadi antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Tanpa menunggu lama, Belanda memanfaatkan celah ini. Long story short, akhirnya Kerajaan Bone yang awalnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Gowa berhasil dihasut oleh Belanda untuk membantu VOC.
Perang Makassar berlangsung dari 1666-1669. Dalam perang ini, Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone untuk melawan kerajaan yang dipimpin Sultan Hasanuddin.
Dalam pemberontakan ini, Arung Palakka yang dikejar oleh pasukan Gowa berhasil melarikan diri dengan berlayar ke Buton dan meminta bantuan ke Batavia. Pada 31 Desember 1666, VOC di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Janzoon Speelman pergi ke Buton. Ternyata, Kerajaan Buton sedang dikepung oleh pasukan Kerajaan Gowa. Hal ini tentu terjadi karena Sultan Buton dianggap memberi perlindungan terhadap Arung Palakka dan sekutunya.
Saat itu, pasukan Gowa yang berjumlah kurang lebih 15.000 orang sedang mengepung Kerajaan Buton. Mereka terdiri dari orang Makassar, Bugis, dan Mandar. Nah, jadi sebenarnya pasukan ini orang-orangnya berasal dari daerah jajahan Kerajaan Gowa, guys.
Ketika orang-orang Bugis mendengar Arung Palakka datang, mereka yang jumlahnya ribuan itu menganggap bahwa akan dibebaskan. Jadi, mereka justru menyerang Kerajaan Gowa. Pecah deh perang internal disitu.
Pasukan Kerajaan Gowa pun kacau balau. Selain itu, orang-orang Mandar juga tidak merasa berkewajiban untuk membela Kerajaan Gowa melawan orang-orang Bugis tadi.
Keadaan ini tentu membuat Kerajaan Gowa mudah sekali untuk dilumpuhkan dari pihak luar a.k.a Belanda. Jadi, sebenarnya kekalahan Gowa itu tidak sepenuhkan karena Belanda, tapi karena konflik internal tadi.
Bahkan Kerajaan Gowa tidak hanya melawan Kerajaan Bone saja, tapi juga sekutu dari Bone. Misalnya Mandarsyah atau Raja Ternate, Kapten Jonker dari Ambon, dan Buton.
Perang-perang ini pun membuat kekuasaan Gowa terus berkurang. Pada 26 Oktober 1667, Belanda dan sekutunya sampai ke Benteng Somba Opu atau kediaman Sultan Hasanuddin.
Baca Juga: Kerajaan-Kerajaan Maritim Islam di Nusantara
Masa Pemerintahan Sultan Hasanuddin
Kerajaan Gowa terletak di ujung selatan Pulau Sulawesi dengan ibukota Somba Opu yang berada di pantai Selat Makassar. Di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Gowa berada pada masa kejayaannya. Kerajaan tersebut menjadi pusat perdagangan terbesar di Indonesia bagian timur.
Kerajaan Gowa menjadi penghubung wilayah barat seperti Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Semenanjung Malaka, dengan wilayah timur seperti Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara.
Di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin juga, Kerajaan Gowa berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga Ternate dan Sumbawa. Hal ini tentu membuat Belanda tidak senang dengan keberadaan Kerajaan Gowa, terutama Sultan Hasanuddin. Menurut Belanda, kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Kerajaan Gowa tidak sesuai dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).
Jadi, waktu itu VOC sudah melakukan praktik monopoli perdagangan rempah-rempah. Upaya VOC untuk memonopoli perdagangan di daerah Indonesia Timur ini membuat Sultan Hasanuddin geram dan melakukan perlawanan.
Karakteristik 4 Wanita Mulia Penghuni Surga
Disebutkan di atas, bahwa ada 4 wanita mulia penghuni surga bahkan akan menjadi pemimpin bidadari surga yang sangat cantik jelita. Ke empatnya adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti imran dan Asiyah binti Mazahim istri Firaun. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sifat-sifat dan karakter khusus yang dimiliki masing-masing wanita mulia ini:
Fatimah binti Muhammad
Putri bungsu Rasulullah ini merupakan sosok putri yang sangat patuh dan hormat pada orang tuanya, bahkan ada sebuah riwayat menyebutkan saat beliau kecil, beliau berani mencegah kaum kafir saat mendhalimi ayahnya. Fatimah adalah seorang wanita yang kemudian menikah dengan Ali bin Abi Thalib seorang pemimpin yang sederhana, memiliki akhlak yang baik, dan menguasai banyak ilmu.
Karakter Fatimah binti Muhammad:
- Seorang anak yang sangat patuh dan hormat kepada pada orang tuanya.
- Seorang istri yang sangat patuh dan hormat kepada pada suaminya.
Perlawanan Kerajaan Gowa terhadap Belanda
FYI, ketegangan antara Kerajaan Gowa dengan VOC ini sudah terjadi sejak pemerintahan Sultan Alaudin, guys. Sejak tahun 1616, VOC sudah berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di daerah Indonesia Timur bersama orang Spanyol dan Portugis. VOC memaksa rakyat menjual rempah-rempahnya dengan harga yang ditetapkan oleh mereka.
Tidak cukup di situ, VOC juga secara licik mengatur rakyat agar menebang pohon pala dan cengkeh di beberapa tempat. Tujuannya agar jumlah rempah-rempah jadi terbatas. Dengan begitu, harganya jadi naik, deh. Jahat sekali, kan?
Hal ini tentu akan melemahkan pada ekonomi rakyat dan kerajaan. Hanya Kerajaan Gowa yang waktu itu selalu tegas menolak monopoli yang dilakukan VOC.
Perjuangan perlawanan Kerajaan Gowa terus berlanjut di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin. Sesuai prinsip yang dianut oleh Kerajaan Gowa, Tuhan telah menciptakan bumi dan lautan bagi umat manusia, tak terkecuali. Menurutnya, hal ini bertentangan dengan apa yang sudah dilakukan Belanda.
Baca Juga: Pengakuan India atas Kemerdekaan & Kedaulatan Indonesia